Minggu, 21 Desember 2008

BIG BEN MINI Kota Solo

Jika di London ada The Tower of Big Ben, ada pula Tugu Jam di pusat Kota Solo. Letaknya persis di tengah persimpangan Jl Urip Sumoharjo-Jl Suryo Pranoto-Jl Ketandan, depan Pasar Gede. Bagi yang baru kali pertama melintas pusat Kota Solo, tugu jam ini mungkin membingungkan. Masing-masing jam di empat sisi tugu tersebut menunjukkan angka yang berbeda, karena sejak beberapa waktu lalu ada jam yang dibiarkan mati.


Dilihat dari bentuknya, tugu jam di depan Pasar Gede ini cenderung minimalis. Cat warna coklat dan putih menampakkan kesan sederhana, setidaknya dibandingkan dengan tugu lain seperti Tugu Cembengan. Tingginya pun tidak seberapa, terlebih jika dibandingkan dengan Pasar Gede yang bertembok tinggi. Letak keunikannya terletak pada jam dinding yang berada pada tiap sisinya. Sangat berbeda dengan Big Ben di London, tugu ini memang tak sebesar dan semegah itu.

Tak banyak yang tahu persis kapan tugu yang berdiri di tengah-tengah persimpangan Jl Urip Sumoharjo itu dibangun. Dari inventarisasi Bappeda Solo tahun 1995, tugu ini didirikan atas prakarsa Paku Buwono (PB) X bersamaan dengan Tugu Tiang Lampu Gladak. Versi lain menyebutkan tugu tersebut didirikan sebelum Pasar Gede dibangun. Pada masa PB X dilakukan penambahan jam pada dinding tugu. Hal ini merujuk pada fungsi tugu-tugu serupa dalam pengaturan lalu lintas persimpangan jalan. Namun yang pasti, penempatan jam dinding di tengah kota ini menunjukkan ide pembangunan kota yang cerdas di era pemerintahan PB X.

Keberadaan jam-jam dinding di bagian atas bangunan tugu membuat tugu ini menjadi multifungsi. Karena berada di pusat kota, jam ini semestinya mampu menjadi referensi waktu bagi masyarakat yang melintas di persimpangan tersebut. Sayang kondisinya kurang diperhatikan mengingat kini ada jam yang mati. Yang lebih parah, salah satu jam yang berada di sisi timur kini tidak lagi berada di tempatnya.

Terlepas dari berbagai kesederhanaannya, tugu ini telah memainkan peran sangat berarti di masa lalu, tentunya dengan hiruk pikuk warga yang tidak sepadat saat ini. Setidaknya salah satu jam masih menunjukkan waktu yang tepat. Dengan bunderan yang melingkarinya, manfaatnya masih terasa hingga sekarang. Bunderan tersebut ”memaksa” para pengguna jalan dari utara dan timur untuk tertib mengitari tugu sebelum berbelok arah. Berdasarkan penelusuran, dulu bunderan tersebut cukup lebar sebelum diperkecil ukurannya seperti yang dapat dilihat saat ini.